Part 1
Di pojok kanan lantai dua rumah
itu, ada kamar yang very beautiful. Siapa lagi kalau bukan kamar Leeceen, putri
tunggal Keluarga Syiong yang berdarah Korea-Indonesia itu. Dady Korea dan Mamy
Indonesia, tapi sayang dady tak pernah membawanya ke Korea.
Dari luar dinding kamar dan pintu
motif yang digunakan Lee adalah karangan bunga campur boneka yang berhiaskan
warna pink dan itu sama persis dengan bagian dalam kamarnya.
Leeceen tampak sangat gembira
because hari yang dia tunggu-tunggu telah tiba, Setelah dia melewati masa
suntuknya dirumah.
“Horeeee……., akhirnya besok masuk
sekolah lagi.” Sambil melompat-lompat ditempat tidur dan BRUAKKKKK…………. ,
Leeceen terjatuh dari ketinggian satu setengah meter dari atas tempat
tidurnya.
“Ahkkk…., aduh…..
bokongku sakit sekali.” Mendesah kesakitan.
Sudah dua bulan ini,
dady and mami Leeceen tidak ada di rumah, mereka di Korea karena suatu bisnis
tuturnya pada Leeceen saat orang tuanya masih
ada di rumah. Leeceen ditingal sendiri, tidak ada pembantu, satpam atau
penjaga. Jadi, Leeceen ditugaskan untuk hidup mandiri kecuali kebutuhannya.
Orang tuanya terkenal kaya raya punya perusahaaan sana sini, sehingga apapun
yang di minta Leeceen akan terpenuhi walaupun bukan secara langsung tapi
berkomunikasi menggunakan alat
elektronika tembus jauh (maksudnya handpone). Leeceen jarang meminta kebutuhan
yang lain dia hanya minta kebutuhan untuk sekolahnya dan kebutuhan di rumah.
Tak biasa Leeceen berpikir kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang
tuanya.
“Coba saja dady and
mami di sini.” Tuturnya dalam hati, sampai-sampai sepasang matanya mulai
berkabut.
Dalam hati iya
bergumam,
“Andai saja ada yang
selalu bersamaku, menemaniku dalam sedih maupun senang. Sungguh nasibku malang
sekali.”
Dengan sedikit tetesan
air mata, lee tidak langsung bersedih. Lee tersadar, dia tidak boleh cengeng
nanti pipih halusnya tembem di penuhi air sehingga merah pipih yang di pakainya
luntur. Merah pipih yang di belikan maminya di paris dengan harga cukup mahal.
Sebut saja maminya kan seorang pebisnis jadi harus tampil rapi dan cantik,
(langsung saja pribahasa ini “Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya”) anaknya pasti
ikutan juga.
Tak beberapa menit
memperbaiki riasannya, drum berisi berbunyi (istilah untuk handpone Samsungnya
yang berkondom drum besar).
“Siapa ya ?” teriaknya
pada drum berisi itu.
Pada layar kaca
handponenya tertulis MAMY BEAUTIFUL
calling….
“wowww…..mamy.” Lee
tersentak riang. Kemudian menekan answer sebagai jawaban atas telpon maminya.
“Hello mam, how are you
?” sorak suara girang Lee dengan sedikit inggrisnya, tapi di jawab biasa oleh
maminya.
“Baik, mamy and dady
akan lama di Korea……
Sebentar, Lee diam dan
terdengar lagi suara
“Sudah dulu, mamy
sibuk.” Suara Maminya lenyap bagaikan
terbawah angin tornado. Langsung saja hujan deras turun dari sepasang kelopak
matanya sambil duduk kakinya dilipat kedepan. Dan sesaat berkata,
“Kenapa mamy hanya
bilang begitu , kenapa tidak tanya keadaanku. Apa salahku ?” desisnya dalam
posisi duduknya.
“Apakah karena kejadian
itu ?” kejadian lima belas tahun yang lalu, Lee dan saudara laki-lakinya Coy.
“Seandainya Coy masih
hidup, dady and mamy tidak mungkin seperti ini. Kenapa Coy ?” dengan teriakan
perlahan pelan. Coy meninggal akibat kanker darah. Kedua orang tuanya sangat
terpukul atas kepergian putra yang mereka inginkan sebelum Lee dilahirkan.
Setelah penguburan Coy, orang tua Lee mulai jarang di rumah melainkan pergi
berbisnis di luar negeri. Lee hanya bisa menerima nasibnya yang harus ditinggal
pergi oleh dady and mamynya. Sebentar saja Lee berpikir tiba-tiba Terdengar
suara tak aneh dari teras bawah rumahnya , aksi kucing-kucing yang
memperebutkan tulang ikan bekas. Meonkkk… meonkkkk…. , yang langsung memecah
keheningan kamar itu.
“Aku tidak boleh
seperti ini, aku harus Be happy besokkan sekolah.”
Lee ke kamar mandi
mencuci mukanya dari bekas aliran air matanya tadi dan kembali ke kamar, duduk
kemudian tangan melipat di dada mengucap syukur pada-Nya serta mendoakan kedua
orangtuanya.
“Istirahat Lee, besok
harus Happy di school.”
∞∞∞∞∞
Pagi
itu, di kamar Leeceen terdengar suara yang sangat menggelegar kupingnya,
sehingga Lee terbangun cukup kaget. Di tengok bunyi suara itu dan secepat kilat
Lee bangun dan berlari masuk ke kamar mandi, nyaris saja Lee sempat tersanduk
bonekanya.
“waduhhh…..
sudah jam 06.00 ,ahhhhh…. Aku harus cepat.”
Tak
selang beberapa menit, Leeceen bergegas sarapan dengan roti bercampur selay
nanas kesukaannya. Setelah semuanya selesai, barulah Leeceen berangkat dengan
sepeda motornya yang bermerek MIO warna hijau itu.
Saat
akan masuk ke dalam kelas, terdengar suara memanggilnya
“heii
Lee…”
Lee
membalikkan tubuhnya mencari suara yang memanggilnya.Ternyata suara itu adalah
cytizen teman akrabnya dari Smp sampai sekarang.
“heiii
juga cy…” Jawabnya dengan sangat senang karena bertemu teman akrabnya itu.
“Hmmmm….
But, kenapa terlambat datang? Biasanyakan kamu sudah ngegosip sama anak-anak.”
Tanyanya pada Cy. Langsung saja dijawab sama Cy dengan senyunnya
“ohhhh..
aku datang terlambat karena tadi subuh aku baru sampai di rumah. Aku pergi
liburan dengan keluargaku.So, aku terlambat bangun. Kalau……” baru saja Cy ingin
melanjutkan kalimatnya tapi dia tahu kalau orang tua Lee ada di Korea jadi dia
ganti dengan pembicaraan yang lain. Dia tidak mau Lee sakit hati karena tahu
keluarganya itu sangat bahagia tidak seperti Lee.
“Kalau
nanti istirahat aku traktir ya.” Dengan perasaan lega.
“heheheh,
kamu ya cy mau bilang begitu kelamaan, coba dari tadi ?” Sambil tersenyum
ceria. Tanpa keraguan sedikit pun pada Cy.
Keduanya
tertawa gembira. Mereka asik bercerita hingga bel berbunyi.
“ting..ting….ting….ting….”
pertanda jam pertama pelajaran akan di mulai. Tidak boleh ada satu pun siswa
berkeliaran pada saat bel pertama itu berbunyi.
Para
guru telah berada di dalam kelas masing-masing, untuk mentransferkan ilmunya
pada anak-anak yang akan meneruskan bangsa ini. Tetapi tak satupun batang
hidung guru di dalam kelas XII-1 itu.
“kok, guru bahasa inggris belum datang ya?” tanya
lee pada Cy.Cy menggelengkan kepala dan berkata
“ndak
tahu Lee.” Seraya ikut bertanya-tanya dalam hatinya.
Tiba-tiba
terdengar suara lembut dari depan pintu
“maaf
anak-anak, ibu datang terlambat. Tadi ibu di panggil ke ruang kepala sekolah.”
Semua
merasa lega karena melihat guru cantik dengan tinggi kurang lebih 163 cm saat
memakai hysilnya yang 7 cm itu datang.
“ayo
masuk, jangan malu-malu.” Kata guru itu kepada seseorang yang berada di luar
pintu.
Anak-anak
menjadi kaget dan berbisik sana-sini. Tetapi tidak pada Lee dan Cy mereka sudah
berpikir sejak tadi pasti ada anak baru lagi karena jika guru masuk terlambat
dan alasannya di panggil ke ruang kepala sekolah itu pasti karena ada anak
baru. Memang tradisi sekolah mereka yang rajin untuk menerima anak baru.
“beberapa
hari ini kita kemasukan empat anak baru, eh…. Ada lagi. Semoga saja ini yang
terakhir.”kata Lee pada Cy dengan muka sedikit kesal. Cy hanya menjawab dengan
anggukan kepala pertanda dia setuju pada perkataan Lee.
Saat
anak itu masuk ke dalam kelas, semua siswa berteriak
“waaaauuuu…………..”
“lee
lihat deh anak baru itu, ganteng banget. Aku jadi mau pingsan liatnya.” Cy
jatuh diatas bahu Lee, Lee menjadi kesal di buatnya.
“apanya
yang ganteng baru segitu saja sudah dibilang ganteng.” Sambil mencoret-coret
catatannya.
“perkenalkan
dirimu.” Kata guru kepada anak baru itu. Anak itu menundukkan kepala memberi
salam. Itu cara orang korea menghormati orang lain.
“nama
saya Chen Lee, saya dari korea tapi sudah satu tahun disini untuk kursus bahasa
indonesia dan sekarang melanjutkan sekolah saya disini.” Dengan senyum manisnya
sehingga cewek-cewek dalam kelas itu berteriak histeris.
“sudah
semua. Chen kamu duduk disana sebelah Albert.”
“baik
Bu.”
Bangku
Chen sampingan dengan Rey bangku Lee, sehingga Lee merasa tidak tenang.
“ya
ampun kok dia sampingan dengan bangkuku. Dasar cowok sok ganteng” berbicara
dalam hatinya.
Pelajaran
pertama telah selesai, Sekarang waktunya untuk istirahat. Tapi tidak untuk
cewek-cewek XIII-1 ini. Mereka menyerbu Chen dan terus menanyainya dengan
seribu pertanyaan.
“Chen
sudah punya pacar?” Chen hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon atas
pertanyaan cewek tadi. Cewek-cewek tadi senangnya minta ampun. Lee yang duduk
dibangku dengan komik Conannya melirik cuekmelihat salting mereka atas gelengan
kepala Chen.
“oh
iya, alamat rumahmu dimana?”
“jl.
Penarikan no.1” dengan muka menghadap ke mereka disertai senyum dasyatnya itu.
Cewek-cewek semakin berteriak histeris, sehingga Lee merasa kesal dan sangat
terganggu dengan teriakan itu.
“heii….
Gak ada yang bisa kalian buat, selain menanyai anak baru itu ?” dengan muka
kesalnya.
Cewek-cewek
manjadi marah dan bubar satu-persatu, akibatnya tinggal Lee dan Chen di dalam
kelas.
“kau
hebat juga ya.” Dengan muka terkagum-kagum pada Lee.
“biasa
saja. Kalau tidak digituin bagaimana mereka mau diam. kau berhutang budi sama
aku, coba bukan aku yang menyuruh mereka bubar pasti kau sudah pingsan
mendengar teriakan histeris mereka.” Jawabnya dengan muka cuek.
“iya
, makasih yha. Oh iya nama kamu siapa ?” tanyanya dengan lembut pada Lee.
“Leeceen,
panggil saja Lee.” Jawabnya dengan muka tenang sambil terus membaca komiknya.
Kemudian
Chen bertanya lagi
“nama
kita hampir mirip ya….” Baru saja Lee ingin bilang mirip dari hongkong tapi
Chen langsung meneruskan pembicaraannya.
“kamu
orang Korea?”
“hmmmm…
Aku memang berdarah korea tapi aku belum pernah ke Korea sebelumnya. Karena….”
Dengan muka mulai sedih.
Chen
merasa tidak enak dan berkata
“tidak
usah diteruskan.”
Kelas
kembali hening untuk sementara.
Kemudian
terdengarlah bel tanda pelajaran akan berlanjut. Siswa masuk kembali ke kelas
setelah mengenyangkan perut mereka di kantin. Kalau untuk jam istirahat,
perpustakaan kosong tetapi kantin penuh. Siswa diandaikan sebagai serdadu
jepang yang siap untuk menyerbu. Begitulah siswa di sekolah ini.
Tidak
terasa jam pelajaran selesai. Semua sisiwa mengemasi barang-barangnya dan
bergegas pulang.
“Lee,
kita makan siang di rumahku ya. Ayolah akukan tadi bilang mau traktir kamu. Mau
ya…..” dengan sedikit tampang memaksa.
Lee
tidak mungkin menolak ajakan sahabatnya itu, karena Lee tidak ingin sahabatnya
nanti kecewa jika Lee tidak ikut keruahnya.
“iya
aku mau tapi naik motorku.” Dengan senyum merayu.
“iya
iya.” Kening Cy menjadi berkerut untuk sementara.
“hmm…
satu lagi, kamu yang nyetir. Tidak ada kata tidak.”sambil tertawa.
Cy
tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menjalankan perintah sahabatnya.
“ih…
Lee, ya sudah tidak apa-apa deh. Tiga kali dalam setahun.”
Cy
tergolong cewek manja , dia tidak mau semua organ tubuhnya ada yang lecet
apalagi terkena sinar matahari. Cy tidak mau kulit putihnya menjadi panci
gosong kayak orang papua dan kulit halusnya menjadi kasar seperti kulit orang
yang bekerja di sawah.
“eh…..
liat Lee. Chen dijemput.” Memanggil Lee.
“biarin
diakan orang yang mirip kayak kamu. Maunya diantar jemput terus.” Dengan agak
menyindir Cy.
“ya,
sudah kita berangkat aja. Let’s go to my home.”
Setibanya
dirumah Cy, mereka dihidangkan makanan yang super lezat. Mereka berdua makan
sampai kenyang. Lee yang tidak bisa bergerak akibat kekenyangan membaringkan
tubuhnya sebentar di tempat tidur Cy. Cy pun begitu.
Tak
disangka waktu berjalan sangat cepat. Lee segera berkemas untuk pulang
kerumahnya.
“terima
kasih tante untuk makananya.”
“iya
nak. Kalau ada waktu, sering-seringlah kemari.” Jawab mama cy dengan mengelus
rambut Lee. Lee merasa kelurga Cy sangat bahagia tidak seperti dirinya. Tapi
dia tidak terlarut dalam kesedihannya itu.
“Cy
sampai jumpa besok ya di sekolah, Bye.”
“bye
bye bye.” melambaik
an tangannya pada Lee.
an tangannya pada Lee.
Lee
pulang agak sore. Dia merasa masih sangat kenyang dan melanjutkan kembali
tidurnya.
To be continue ………….
No comments:
Post a Comment